Mengapa Dalam Fikih Ada Mazhab ?
![]() |
Ilustrasi (Foto: aladabia.net) |
Contohnya adalah batas selesainya iddah. Ibnu Mas’ud dan Umar berfatwa bahwa selesainya iddah seorang perempuan yang dicerai suaminya dan pernah berhubungan suami istri adalah ketika suci dari haid yang ketiga. Sedangkan, Zaid bin Tsabit berfatwa, berakhirnya iddah dari perempuan tersebut adalah ketika haid ketiga.
Tak hanya itu, perbedaan juga terjadi dalam hal pembagian harta kepada umat Islam yang lebih dahulu masuk agama Islam dengan yang baru masuk. Saat itu, Abu Bakar dengan Umar berbeda pendapat tentang pembagian harta. Abu Bakar tidak membedakan pembagian harta kepada umat Islam, baik yang lebih dahulu masuk agama Islam atau yang baru masuk.
Sedangkan Umar, dalam masa pemerintahannya membedakan pembagian harta bagi umat Islam. Saat itu, dalam membagikan harta, Umar akan membedakan antara umat yang lebih dahulu masuk Islam dengan yang baru masuk agama Islam.
Perbedaan-perbedaan ini juga terus muncul di masa-masa selanjutnya hingga pada akhirnya di abad pertama hijriah, imam mazhab muncul sebagai awal resminya mazhab fikih terbentuk.
Imam mazhab pertama yang diakui adalah Imam Abu Hanifah atau terkenal dengan Imam Hanafi. Nama Asli beliau adalah Nu’man bin Tsabit yang wafat pada tahun 767 M di kota Baghdad. Beliau terkenal sebagai Imam Mazhab yang mengembangkan prinsip-prinsip fikih yang berbasis pada rasio dan penalaran jika tidak ditemukan dalil yang jelas dalam suatu hukum, baik dari al-Qur’an, Sunnah, maupun dari pendapat dari sahabat-sahabat nabi. Rasio dan penalaran ini beliau bukan berarti bebas dasar, namun didasarkan pada nilai-nilai utama yang terdapat pada dalil-dalil syariat.
Imam mazhab kedua adalah Imam Malik bin Anas. Beliau wafat pada tahun 795 M di kota Madinah. Beliau terkenal sebagai imam mazhab yang berfokus pada hadis-hadis nabi dalam memutuskan hukum. Jika Imam Abu Hanifah terkenal dengan penalaran (ra’y) dalam menggali hukum-hukum Islam, Imam Malik terkenal sebagai ahli hadis. Keterkenalan beliau ini bukan tanpa alasan, Imam Malik adalah orang yang pertama kali membukukan kitab hadis.
Imam Syafi’i adalah Imam Mazhab yang ketiga. Nama Asli beliau adalah Muhammad bin Idris al-Syafi’i. Imam Syafi’i wafat di Mesir pada tahun 820 M. Beliau dikenal sebagai Nashir al-Sunnah, penolong sunnah nabi Muhammad Saw. karena usaha beliau dalam menerima hadis aḥad (rawinya hanya ada satu di tiap tingkatan) menjadi salah satu sumber hukum yang bisa diterima. Beliau juga dikenal sebagai seseorang yang pertama kali membukukan Uṣul Fiqh (Metodologi Hukum Islam) dengan kitabnya yang Bernama al-Risālah.
Imam Hanbali adalah Imam Mazhab yang terakhir. Nama asli beliau adalah Ahmad bin Hanbal. Beliau wafat di Baghdad tahun 855 M. Imam Hanbali terkenal sebagai salah satu mujtahid ahli hadis yang Imam Bukhori dan Imam Muslim mengambil hadis dari beliau. Beliau bahkan terkenal sebagai seorang imam yang Menyusun kitab hadis yang berisi lebih dari empat puluh ribu (40.000) hadis. Imam Hambali sangat menjunjung tinggi hadis dalam berijtihad. Beliau akan mengambil hadis ahad yang lemah menurut Imam Syafi’i dalam berijtihad jika memang ada.
Pada masa sekarang mazhab-mazhab fikih ini tersebar ke seluruh dunia. Indonesia sendiri mayoritas memakai mazhab Imam Syafi’i walaupun, dalam praktiknya organisasi masyarakat keagamaan di Indonesia juga menggunakan mazhab yang lain untuk berijtihad. Pemerintah dalam hukum-hukum yang berhubungan dengan masyarakat Muslim juga mengadopsi fikih lintas mazhab dalam penyusunanannya. Bisa dilihat dalam Kompilasi Hukum Islam juga Undang-Undang Perkawinan Indonesia.
Sumber: Muhammad al-Khudlori, Tārīkh Tashri’ al-Islāmī, (Kairo: Dār al-Tawzī’ wa al-Nashr al-Islāmī, 2006).